![]() |
polusi udara di daerah perkotaan (sumber : freepik) |
Polusi udara luar ruangan menjadi salah satu masalah lingkungan yang paling serius bagi kesehatan manusia, menyebabkan jutaan kematian setiap tahunnya di seluruh dunia. Kota-kota dihadapkan pada tantangan besar akibat buruknya kualitas udara yang memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan penduduknya (4)
Penyebab utamanya jelas sudah kita ketahui bersama yaitu terus meningkatnya jumlah kendaraan, industri, dan urbanisasi yang berdampak pada semakin buruknya kualitas udara. Lajunya deforestasi tanpa di imbangi reboisasi harusnya cukup membuat khawatir untuk menemukan solusi yang tepat. Maka ditengah tantangan ini, ruang terbuka hijau (RTH) menjadi pilihan solusi untuk mengatasi polusi udara. Namun, seberapa efektif sebenarnya RTH dalam membersihkan udara yang kita hirup? Mari kita telusuri fakta dan mitos seputar peran ruang terbuka hijau dalam mengatasi polusi udara.
Apa Itu Ruang Terbuka Hijau?
Ruang terbuka hijau merujuk pada area yang tidak terbangun dan memiliki vegetasi, seperti taman, hutan kota, dan kebun. RTH tidak hanya berfungsi sebagai tempat rekreasi bagi masyarakat, tetapi juga memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Dalam konteks polusi udara, RTH diyakini dapat membantu menyaring partikel-partikel berbahaya dan meningkatkan kualitas udara.
![]() |
Gambaran ruang hijau terbuka daerah perkotaan (sumber : freepik) |
Mitos 1: Ruang Terbuka Hijau Dapat Menghilangkan Semua Polusi Udara
Salah satu mitos yang umum adalah bahwa RTH dapat sepenuhnya menghilangkan polusi udara. Meskipun RTH memiliki kemampuan untuk menyerap beberapa polutan, seperti karbon dioksida (CO2) dan debu, mereka tidak dapat mengatasi semua jenis polusi. Misalnya, gas berbahaya seperti nitrogen dioksida (NO2) dan ozon troposferik (O3) masih dapat terakumulasi di daerah perkotaan meskipun ada RTH.
Faktanya : Ruang Terbuka Hijau saja tidak Cukup, kenapa?
1. Skala Masalah
Polusi udara adalah masalah yang sangat luas dan kompleks. RTH hanya dapat memberikan kontribusi kecil terhadap perbaikan kualitas udara jika dibandingkan dengan sumber polusi yang lebih besar. Banyak penelitian menunjukkan bahwa infrastruktur hijau (GI) dari ruang terbuka hijau bisa membantu meningkatkan kualitas udara di perkotaan, namun bukti nyata dari dampaknya masih terbatas. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh tantangan teknis dalam pengukuran dilapangan, terutama di lokasi dengan perubahan polusi udara yang cepat, seperti di dekat jalan raya. Perlu adanya desain model pelaksanaan infrastruktur hijau yang tepat dari RTH (1).
2. Jenis Vegetasi
Jenis dan pengelolaan vegetasi memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas udara. Tidak semua tanaman memiliki kemampuan yang sama dalam menyerap polutan. Beberapa spesies lebih efektif daripada yang lain dalam menyaring udara. Vegetasi dengan struktur yang kompleks, seperti kombinasi pepohonan, semak, dan lapisan herba, biasanya lebih efektif dalam menyaring polutan dibandingkan dengan vegetasi sederhana, seperti halaman rumput saja (2).
Selain itu, pengelolaan yang tepat, termasuk pemilihan spesies tanaman yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan pemeliharaan yang baik, dapat memaksimalkan manfaat vegetasi dalam pemurnian udara. Misalnya, memilih tanaman yang mampu menyerap polutan tertentu atau yang memiliki permukaan daun lebar untuk menangkap partikel udara lebih baik dapat menjadi strategi pengelolaan yang efektif (3).
3. Kondisi Lingkungan
Dari hasil penelitian selama periode 1995–2014, konsentrasi ozon troposfer (O3) di udara kota-kota global meningkat sekitar 0,16 ppb per tahun. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan memanfaatkan infrastruktur hijau di perkotaan, seperti pohon, semak, dan atap hijau, yang mampu mengurangi kadar O3 di udara. Namun, untuk memastikan efisiensi pengurangan O3, penting bagi kota untuk mengelola ruang hijau dengan baik. Ini mencakup pemilihan jenis tanaman yang tepat, memperhatikan kemampuan tanaman dalam mengurangi polusi udara, tingkat emisi biogenik, potensi alergi, dan kebutuhan pemeliharaan (4).
Banyak yang mengira bahwa semakin banyak vegetasi secara otomatis akan mengurangi polusi udara secara signifikan. Padahal, penurunan polusi tidak terjadi secara linear. Misalnya, menggandakan jumlah pohon tidak berarti konsentrasi polutan berkurang setengahnya. Faktor-faktor lain seperti pola angin, emisi, dan reaksi kimia atmosfer juga berperan besar dalam menentukan kualitas udara (1)
Faktanya : Ruang Terbuka Hijau hanya Membantu Meningkatkan Kualitas Udara
Meskipun RTH tidak dapat menghilangkan semua polusi udara, banyak penelitian menunjukkan bahwa keberadaan ruang terbuka hijau dapat secara signifikan meningkatkan kualitas udara di sekitarnya. Tanaman memiliki kemampuan untuk menyerap CO2 dan menghasilkan oksigen melalui proses fotosintesis. Selain itu, mereka juga dapat menyerap partikel-partikel kecil yang terbang di udara.
Penelitian Terkait
Sebuah studi yang dilakukan oleh Universitas Harvard menemukan bahwa area dengan lebih banyak vegetasi cenderung memiliki tingkat polusi yang lebih rendah dibandingkan dengan area yang minim RTH. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa taman kota dapat mengurangi konsentrasi ozon dan nitrogen dioksida di atmosfer.
Mitos 2: Semua Ruang Terbuka Hijau Sama Efektifnya
Faktanya : efektivitas RTH sangat tergantung pada jenis tanaman yang ditanam dan cara pengelolaannya. Memilih jenis tanaman perlu memperhatikan kemampuan tanaman dalam menghapus O3 dan polutan udara lainnya, mengurangi risiko alergi, tahan terhadap hama, penyakit, dan kekeringan serta memiliki biaya perawatan yang rendah.
Beberapa jenis tanaman diketahui lebih efektif dalam menyaring polutan yaitu
- Pohon besar : Seperti Acer sp. (maple), Carpinus sp. (hornbeam), Larix decidua (larch), Prunus sp. (cherry), mampu menyerap lebih banyak CO2.
- Tanaman semak : Dapat membantu menahan debu dan partikel lainnya di dekat permukaan tanah.
-Tanaman berbunga: Selain mempercantik lingkungan, juga menarik serangga pollinator yang penting untuk ekosistem.
Manfaat Kesehatan RTH
1. Mengurangi Stres: Penelitian menunjukkan bahwa berada di alam dapat menurunkan kadar hormon stres.
2. Mendorong Aktivitas Fisik: Taman dan ruang terbuka mendorong orang untuk berjalan kaki atau berolahraga, yang pada gilirannya membantu meningkatkan kesehatan fisik.
3. Meningkatkan Kualitas Hidup: Lingkungan hijau membuat masyarakat merasa lebih nyaman dan bahagia, menciptakan komunitas yang lebih sehat secara keseluruhan.
Kesimpulan: Ruang Terbuka Hijau Sebagai Solusi Sebagian
Ruang terbuka hijau memang memainkan peran penting dalam meningkatkan kualitas udara dan kesehatan masyarakat, tetapi bukan solusi tunggal untuk mengatasi polusi udara. Untuk mencapai perubahan signifikan, perlu ada kombinasi antara pengembangan RTH dengan kebijakan pengurangan emisi dari sumber-sumber polusi utama.
Dengan memahami fakta-fakta ini, kita bisa lebih menghargai pentingnya ruang terbuka hijau dalam kehidupan sehari-hari serta mendorong upaya perlindungan lingkungan demi masa depan yang lebih bersih dan sehat. Mari kita dukung pengembangan ruang terbuka hijau di sekitar kita!
(1) Hewitt, C., Ashworth, K., & MacKenzie, A. (2019). Using green infrastructure to improve urban air quality (GI4AQ). Ambio, 49, 62 - 73. https://doi.org/10.1007/s13280-019-01164-3.
(2) Vieira, J., Matos, P., Mexia, T., Silva, P., Lopes, N., Freitas, C., Correia, O., Santos‐Reis, M., Branquinho, C., & Pinho, P. (2018). Green spaces are not all the same for the provision of air purification and climate regulation services: The case of urban parks. Environmental Research, 160, 306–313. https://doi.org/10.1016/j.envres.2017.10.006.
(3) Diener, A., & Mudu, P. (2021). How can vegetation protect us from air pollution? A critical review on green spaces' mitigation abilities for air-borne particles from a public health perspective - with implications for urban planning.. The Science of the total environment, 796, 148605 . https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2021.148605.
(4) Sicard, P., Agathokleous, E., Araminiene, V., Carrari, E., Hoshika, Y., De Marco, A., & Paoletti, E. (2018). Should we see urban trees as effective solutions to reduce increasing ozone levels in cities?. Environmental pollution, 243 Pt A, 163-176 . https://doi.org/10.1016/j.envpol.2018.08.049.
Saya suka berada di RTH...selain karena menyadari semakin jarang nya kita bertemu dengan rimbunan pepohonan, saya juga merindukan udara segar kaya oksigen.
BalasHapusbetul banget. berharap RTH bisa menjadi solusi yang tepat
HapusMasya Allah untuk Jakarta sudah banyak sekali ya ruang terbuka hijau dan memang fakta bahwa RTH mampu mengurangi polusi udara
BalasHapusalhamdulillah,,,semoga konsep ini jga diperhatikan pejabat setempat di kota besar lainnya
HapusDi Depok itu jika dilihat dari pantauan udara sangat berbeda antara Margonda yang penuh gedung atau bangunan, dan UI yang meski banyak bangunan kampus tapi sangat asri dan hijau. Seperti ada garis pemisah di antara keduanya. Semoga makin banyak RTH, terutama di kota-kota besar.
BalasHapusamiin, karena sedikit banyak RTH menyumbang udara segar ditengah perkotaan yang banyak polusi
HapusMenurutku ruang terbuka hijau merupakan oase dari polusi kota yang wow banget, apalagi di kota besar.
BalasHapusSetidaknya ada tambahan oksigen dan ada pemandangan yang berbeda di antara gedung yang menjulang tinggi
sepakat juga. adanya RTH sedikit menambah asri pemandangan dikota, dan itu cukup ngefek sih ke refresnya otak
HapusEh iya yaa, jenis tanaman kan ada beda-beda, kemampuan menyerap polutannya juga pasti beda-beda. Jadi nggak semua tanaman bisa menyerap semua jenis polutan. Insight nih, untuk semakin memperbanyak RTH dengan berbagai jenis tanaman supaya bisa lebih dimaksimalkan penyerapan polutannya.
BalasHapusiya, perlu ada kajian khusus memang sebelum membuat RTH di suatu tempat
Hapusoh ternyata pohon cherry bagus juga untuk menyerap CO2 ya. Tempatku masih minim banget ruang terbuka hijaunya, kebanyakan dibangun rumah atau ruko. Udah pengen banget tinggal di tempat yang banyak RTH nya, biar tiap hari bisa jalan kaki menghirup udara segar.
BalasHapus