Sumber : Freepik |
Bagi banyak pengguna, media sosial dimanfaatkan untuk mencari
informasi, mengobrol, atau berbagi foto dan cerita sehari-hari. Sebagian besar
dari kita memeriksa media sosial setidaknya sekali sehari dan banyak yang terus
melihat media sosial menjelang waktu tidur.
Sayangnya, media sosial dan aktivitas tidur tidak bisa
dipadukan dengan baik. Penggunaan media sosial yang berlebihan menjelang waktu
tidur dapat berdampak buruk seperti menurunkan kualitas tidur dan meningkatkan
risiko berbagai masalah tidur.
Apakah Media Sosial Berpengaruh pada Tidur?
Memeriksa media sosial, mengirim email, atau melihat berita sebelum tidur dapat membuat kita tetap terjaga, karena penggunaan perangkat elektronik di malam hari dapat memengaruhi tidur melalui efek rangsangan cahaya dari layar digital. Efek rangsangan cahaya dari layar elektronik, khususnya cahaya biru, dapat mengganggu siklus tidur dan bangun, sehingga menyebabkan penurunan kualitas tidur dan peningkatan risiko masalah tidur.
Meskipun semua cahaya dapat mengganggu ritme sirkadian kita, ritme internal 24 jam yang mengontrol proses seperti siklus tidur dan bangun, cahaya biru yang dipancarkan dari layar elektronik memiliki dampak terbesar pada tidur. Cahaya biru merangsang bagian otak yang membuat kita merasa waspada, membuat kita berenergi pada waktu tidur ketika kita seharusnya bersantai.
Dampak paparan cahaya biru mungkin lebih buruk bagi mereka yang bangun untuk memeriksa ponsel setelah tertidur. Sekitar 21% orang dewasa mengatakan bahwa mereka bangun untuk memeriksa ponsel di malam hari, sehingga berisiko lebih tinggi kehilangan waktu tidur dan mengalami gangguan tidur seperti insomnia.
Godaan untuk mengecek media sosial sebelum tidur mungkin terlalu sulit untuk ditolak. Sebuah jajak pendapat terhadap pegawai rumah sakit dan mahasiswa ditemukan bahwa 70% orang menggunakan media sosial setelah tidur, dengan hampir 15% menghabiskan satu jam atau lebih untuk melakukannya setiap malam.
Munculnya rasa “Takut Ketinggalan”
Salah satu penyebab penggunaan media sosial secara
berlebihan sebelum tidur adalah rasa takut ketinggalan yang biasa disebut
dengan FOMO. Media sosial memberi kita peluang interaksi yang tiada habisnya,
namun hanya ada sedikit waktu dalam sehari. FOMO adalah salah satu respons
terhadap dilema ini, yang ditandai dengan keinginan tiada akhir untuk tetap
terhubung dengan apa yang dilakukan dan dilihat orang lain. Orang yang lebih
sering mengalami FOMO cenderung memeriksa media sosialnya dalam waktu 15 menit
setelah mencoba untuk tidur. Mereka yang memiliki tingkat FOMO tinggi juga
lebih cenderung memeriksa media sosialnya pada waktu-waktu lain yang tidak
tepat, seperti saat kuliah di universitas dan saat mengendarai mobil.
Media Sosial dan Remaja
Penelitian mendukung pengamatan umum bahwa kaum muda selalu
menggunakan ponsel mereka. Sekitar 95% remaja memiliki akses terhadap ponsel
pintar dan, tidak mengejutkan, sekitar 45% melaporkan bahwa mereka “hampir
terus-menerus” online.
Media sosial adalah pedang bermata dua bagi generasi muda.
Di satu sisi, hal ini memungkinkan remaja untuk berbagi pikiran dan perasaan
serta menerima dukungan sosial. Di sisi lain, semakin banyak penelitian yang
menunjukkan bahwa terlalu banyak menghabiskan waktu di media sosial membuat
remaja berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan mental. Ada beberapa
kemungkinan hubungan antara penggunaan media sosial dan berkembangnya masalah
kesehatan mental pada generasi muda, namun penelitian terbaru menunjukkan
pentingnya pengaruh media sosial terhadap pola tidur.
Penelitian ini menemukan bahwa semakin banyak waktu yang
dihabiskan remaja untuk aktivitas berbasis layar (seperti media sosial,
menjelajahi web, menonton TV, dan bermain game), semakin banyak pula kesulitan
tidur yang mereka alami dan semakin sedikit waktu tidur yang mereka dapatkan di
malam hari. Masalah tidur ini kemudian dikaitkan dengan peningkatan gejala
insomnia dan depresi.
Posting Komentar
Posting Komentar