blogefariana

Kisah Melahirkan Normal Setelah 3 tahun Caesar (PART 1)

5 komentar

Perjuangan ku Melahirkan VBAC Indikasi Rembes Ketuban lebih 48 Jam

Ini adalah kisahku. Sepanjang kehamilan aku berusaha menjalaninya dengan fikiran dan hati yang tenang. Mengendalikan diri dari baper bumil walau terkadang tidak berhasil. Keputusan untuk melahirkan di tanah rantau didasarkan pengetahuan bahwa di sini ada yang berkenan menolong persalinan vbac. Karena tidak semua nakes berani mengambil tindakan vbac. 

Jika pulang kampung sudah di pastikan bertemu provider yang mengatakan sekali sesar, pasti sesar. Keputusan ini di dukung penuh oleh suami. Akhirnya kami memutuskan meminta ibu (mertua ku) datang ke bogor menemani selama kelahiran nanti. HPL 15 desember. aku merasa sedikit bingung kapan harus memesankan tiket untuk ibu. Khawatir jika ibu kelamaan menunggu bayi lahir atau bahkan kami yang kelamaan menunggu ibu karena bayi sudah lahir.

Aku masih tetap tenang karena anak pertama lahirnya lewat HPL 2 hari, jadi barangkali yang kedua juga. Bismillah kami pesankan tiket untuk ibu tanggal 5 desember. Kemudian tetiba aku merasa galau, bagaimana kalau bayinya kelamaan lahir mash 10 hari lagi atau bagaimana kalau kecepatan. Akhirnya aku berusaha mengajak dedek ngobrol meminta launcingnya saat udah ada neneknya.


*Senin, 3 Desember 2018*


Pukul 12:30 malam tetiba aku terbangun dan merasa ada cairan yang keluar dari jalan lahir. Aku mencoba tenang dan menepis tidak berusaha bangun dan mengecek malah aku melanjutkan tidur. Pukul 2 dini hari kembali terasa, dan aku bangun menuju kamar mandi. Benar saja ternyata ada cairan lendir dn darah yang keluar sedikit. 

Aku langsung was-was, apa ini tanda lahir? Bagaimana kalau melahirkan hari ini sedang Nenek belum datang? Siapa yang akan mengurusi semua kebutuhan? Sejenak menarik nafas panjang mencoba menenangkan diri sambil meyakinkan hati, insyallah semua baik-baik saja. Setelah mandi air hangat, badan terasa rilex dan akupun melanjutkan tidur. Perut mulai terasa mules seperti mau datang haid.

Setelah subuh aku memberitahukan suami kalau sudah ada tanda melahirkan. Suami melihatku dengan ekspresi tenang. Mungkin karena aku nya jga tenang saat memberitahu beliau. Aku meminta suami untuk izin ke kantor hari ini buat siaga kalau mendadak kontraksi kuat. Aku hubungi bidan yang akan menangani ku nanti, pesan beliau hanya bilang ke klinik kalau kontraksi sudah 5 menit sekali.

Hingga siang, belum ada tanda kemajuan rasa sakit kontraksi. Aku mengajak suami pergi belanja perlengkapan bayi yang belum sempat di beli. Berharap ad kontrkasi intens dan pembukaan. Saat pulang kami mampir ke klinik untuk melakukan pemeriksaan dalam berhubung tanda lahir sudah keluar sejak dini hari. 

Ternyata belum ada pembukaan sama sekali. Antara senang dan was-was. Senang karena berharap dedek lahir setelah nenek sampai hari rabunya. Was-was takut kenapa-napa dengan kandungan yang akhirnya harus rujuk sesar. Tetapi lagi-lagi aku mencoba tenang mengendalikan fikiran dari hal-hal negatif sambil berdzikir.

*Selasa, 4 desember 2018*

Setelah VT kami pulang dan langsung istirahat tidur. Pukul 22 malam aku kembali tersentak bangun seperti ada cairan keluar dingin di jalan lahir. Mengalir tidak bisa di tahan. Aku kembali was-was kenceng teringat proses persalinan pertama yang juga keluar air. apa ketuban ku rembes lagi? Bagaimana ini? Tetiba teringat segala ikhtiarku mengkonsumsi banyak asupan protein agar selaput ketuban tidak rapuh. 'Ya Allah, izinkan semuanya baik-baik saja. Dan ini bukan cairan ketuban'.

Aku kembali berusaha untuk tidur. Satu jam kemudian aku kembali terbangun dengan kejadian yang sama. Aku beranjak ke kamar mandi untuk bebersih. Terlihat yang keluar cairan bening dengan sedikit darah dan tidak terlalu bau. Aku mengganti CD dan kembali ke kamar untuk melanjutkan tidur karena masih tengah malam.


Mata masih belum bisa terpejam. Aku mencoba mencari informasi di google. Acuan ku adalah web bidankita karena pembahasan yang dipaparkan lebih ilmiah berdasarkan data-data dari referensi yang bisa di pertanggungjawabkan. Informasi yang ku baca mengarah kepada air ketuban. Aku mulai galau. Kemudian aku memberanikan diri untuk bertanya ke bidan yessi @bidankita dan Senangnyaa pertanyaanku di respon. Kembali setelah subuh aku memberi tahu suami kalau ada rembesan air. Suami masih tetap tenang. Aku mulai mengkonsumsi banyak air minum. 

Paginya aku memutuskan ikut ke kantor suami untuk jaga-jga jika tetiba kontraksi kuat datang. Dengan mengendarai motor sekaligus membawa tas berisi perlengkapan melahirkan aku diantar suami ke kosan temannya yang dekat dengan kantor. Alhamdulillah anak sulung ku hari itu baik hati untuk ikut abi nya ke kantor jadi aku punya banyak waktu untuk istirahat. Air ketuban masih terus rembes setiap jam. Dan hampir beberapa menit sekali aku ke kamar mandi bolak balik BAK. Setiap selesai BAK air ketuban rembes kembali. Selain minum banyak air, aku juga mengkonsumsi minuman elektrolit seperti poccari dan hydrococo karena tidak menemukan air kelapa asli.

Dari pagi hingga sore ku gunakan waktu untuk lebih banyak bergerak, mondar mandir jalan di ruang kosan, turun naik tangga beberapa kali, goyang pinggul, jongkok. Setiap gerakan yang ku lakukan memacu air ketuban keluar sedikit demi sedikit tapi aku memilih tetap bergerak dan me'refill' cairan yang keluar. Ku rasakan nyari semakin meningkat walau dapat di tahan.

Pulang dari kantor aku mengajak suami ke RS untuk USG cek air ketuban. sampai di RS pukul 19:30 wib. Ternyata untuk cek up ke RS tak semudah di klinik. Administrasinya ribet dan lama, sedang kondisiku sudah 'darurat'. Aku mencoba masuk lewat jalur BPJS. Kata perawat harus ada rujukan dari faskes satu. Kami langsung menuju ke klinik faskes 1 yang tidak jauh dari RS tersebut. Segera ku temui bagian informasi untuk meminta rujukan. 

Ternyata pendaftaran sudah tutup. Aku mencoba melobi meminta keringanan dengan menceritakan kondisi ku yang KPD hampir 24 jam. Bidan klinik langsung menemui ku menjelaskan dengan kondisiku sekarang sebaiknya aku langsung masuk lewat IGD, BPJS langsung bisa di gunakan tanpa harus ada rujukan. Ku ceritakan jika aku masuk lewat IGD aku pasti langsung di tindak sesar. Ku lihat sedikit ekspresi kaget dari sang bidan.

“Jadi ibu SC anak pertama? Jaraknya berapa tahun?”

Dengan santai aku menjawab iya dan si kakak sekarang usia 3 tahun. Tanpa di minta bu bidan langsung memberikan nasehat dengan Lembutnya,

“ibu biasanya sekali SC pasti SC, sebaiknya ibu mempertimbangkan matang-matang keputusan ibu untuk mencoba melahirkan normal. Karena minimal jarak dengan SC pertama itu 5 tahun. Sekarang ibu ke IGD aja ya”,Karena bidannya keukeuh yaudah kita kejar balik ke RS untuk periksa dengan jalur umum. sampai di RS aku diminta untuk membuat pendaftaran pasien baru. 

Ribetnya prosedur mengharuskan aku berjalan kesana kemari mengurus administrasi sementara suami memangku si kakak yang tidur lelap dan tidak mungkin di tinggal di lorong RS. Setiap gerakan membuat air ketuban keluar serr seerr...hampir 20 menit akhirnya aku bisa mendaftar dan langsung masuk ke ruangan dokter. Dokter membaca data ku dengan seksama. Ku lihat dahi nya sedikit mengkerut.

"Jadi anak pertama sesar?" tanya sedikit kaget.

"Iya dok", jawab ku santai

" trus yang kedua ini ibu mau coba normal?? Haduh saya tidak rekomendasi ibu lahiran normal. Terlalu beresiko. Ini apalagi anak pertama baru 3 tahun. Minimal itu jaraknya 5 tahun bu. Harusnya jika mau mengambil keputusan itu bu pertimbangankan dengan sangat matang. Ibu kalau keadaan darurat begini masuk malam ini ke daftar pasien saya ibu langsung di tolak ini karena harusnya ibu sudah sesar sejak pekan lalu. 

Kami tidak mau ambil resiko juga. Ya sudahlah kalau begitu. Coba kita periksa dulu," sang dokter menyudahi ceramahnya yang aku tanggapi dengan tenang bersama suami. Sedikitpun apa yang dikatakan dokter tersebut tidak menggoyajlan yakin ku untuk VBAC. Di tambah lagi setelah USG ternyata ketuban masih banyak 96% setelah 24 jam rembes, ketebalan rahim 4,8 mm, posisi bayi sudah berada dibawah sekali dan bagus. Informasi ini cukup untuk meyakinkan diriku bisa VBAC.

(BERSAMBUNG)

Related Posts

5 komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Aku baru tau kalau bisa melahirkan normal udah 5 tahun 🥲 padahal aku pengen program lagi kalau anak udah 3 tahun. Semoga bisa seperti mbak Efa bisa VBAC

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah ya mba bisa VBAC. Sy dengar Sc aja takut..

    BalasHapus
  4. Iya mba. Krn takut sc lgi, makanya nekat vbac hehe

    BalasHapus

Posting Komentar